BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, orang ternyata menemui
kesulitan dalam memberikan suatu dikotomi yang jelas dan tepat antara kecemasan
dan ketakutan. Rasa cemas selalu dicampuradukkan dengan rasa takut. Sering
terjadi bahwa orang yang merasa cemas malah mengatakan bahwa dia takut; dan
sebaliknya, orang ketakutan malah mengungkapkannya bahwa dia merasa cemas.
Makna sebelumnya yang tepat? Yang jelas adalah bahwa antara rasa cemas dan rasa
takut terhadap hubungan yang sangat erat sehingga sulit untuk membedakan mana
yang seharusnya rasa cemas dan mana sesungguhnya rasa takut. Lalu, apa
sebenarnya rasa cemas itu? Apa persamaan dan perbedaannya dengan rasa takut?
Selama beberapa
dasawarsa, para ahli psikologi belum sependapat tentang pengertian istilah
tersebut. Sebagian berpendapat bahwa “kecemasan” adalah ketakutan yang tidak
nyata, suatu perasaan terancam sebagai tanggapan terhadap sesuatu yang
sebenarnya tidak mengancam; sedangkan”ketakutan” menurut batasnya adalah
sesuatu yang memang nyata - ketakutan
akan sesuatu yang benar-benar menakutkan. Penulis psikologi lainnya, secara
bergantian menggunakan istilah “ketakutan” dan “kecemasan”. Sebagai istilah
“kegugupan” dan “ketegangan”.
Frans Sinuor Yoseph
mencoba menguraikan hubungan antara kecemasan dan ketakutan secara agak rinci.
Menurut Yoseph, dalam rasa takut, seseorang menyadari bahaya yang sedang
mengancam keselamatan dirinya. Ia bahkan didorong dan diperkuat oleh situasi
tersebut. Persepsi-persepsi indra akan menjadi lebih tajam, sehingga ia bisa
menemukan jalan dan cara pemecahan yang sungguh disadari.
Lain halnya dengan
kecemasan. Menurut Yoseph, dalam kecemasan orang terancam, orang yang terancam
keselamatannya itu, sama sekali tidak mengetahui langkah dan cara yang harus
diambil untuk menyelamatkan dirinya. Dalam pandaganya., kecemasan adalah rasa
sudah terkepung, sudah terjepit, dan sudah terperangkap oleh dan di dalam bahaya.
Persepsi-persepsi indrawi pun tidak bertambah tajam, sebagaimana dalam rasa
takut, melainkan justru semakin menjadi
kabur. Kecemasan selalu menanpakkan diri dalam berbagai bebtuk serta
intensitas, karena kecemasan merupakan sikap dasariah bagi setiap manusia dalam menghadapi setiap
bahaya yang mengancam keseluruhan manusia sebagai pribadi dalam eksitensinya. Rasa
takut merupakan suatu ancaman terhadap salah satu segi dari eksetiensi pribadi
manusia.
Persamaanya adalah baik
kecemasan maupun ketakutan, keduanya berobyek sam, yakni “keselamatan yang
terancam” dari manusia dalam eksetiensi psikologinya.
Gangguan Campuran Kecemasan,
gangguan ini sempat diputuskan untuk dimasukkan secara resmi dalam DSM-IV,
karena para ahli klinis selama bertahun-tahun kadangkala mengalami kesulitan untuk
mendiagnosis seseorang utamanya mengalami gangguan depresif atau gangguan
anxietas. Mood yang tertekan harus berlangsung sekurang-kurangnya empat dari
simtom-simtom berikut ini: masalah konsentrasi atau memori, tidur terganggu,
kelelahan yang sangat atau minimnya energi, mudah tersinggung, khawatir, mudah
menangis, waspada berlebihan, mengantisipasi hal terburuk, pesimis terhadap
masa depan, rasa harga diri yang rendah. Orang tersebut tidak dapat didiagnosis
mengalami gangguan panik, atau mayor, gangguan dismitik, gangguan panik, atau
gangguan anxietas menyeluruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar